Kukar, linimasa.co – Bila berbicara mengenai taman anggrek alami yang ada di Kalimantan Timur (Kaltim), maka banyak yang akan menyebut nama Kersik Luway yang berada di Kutai Barat (Kubar).
Wajar saja karena areal telah di tetapkan sebagai Cagar Alam pada tahun 1982 dan terkenal dengan anggrek hitamnya tersebut terdengar lebih familiar di bagi para wisatawan lokal dan asing.
Namun kini di Kaltim tidak hanya ada Kersik Luway. Di pedalaman Kutai Kartanegara (Kukar) tepatnya di Desa Kalaha, Kecamatan Kenohan terdapat kawasan hutan anggrek yang kini belum terjamah oleh wisatawan.
Kawasan hutan anggrek tersebut diklaim lebih luas dari Kersik Luway dan memiliki koleksi jenis anggrek yang lebih banyak. Masyarakat setempat menamainya Solong Pinang Abang.
Sekretaris Kecamatan Kenohan, Kaspul mengatakan bahwa kawasan tempat tumbuhnya anggrek tersebut masih berada di dalam hutan dan jauh dari aktivitas manusia.
“Kawasannya masih terjaga dengam baik dan jauh dari aktifitas manusia, itu yang menjadi keunggulan Solong Pinang Abang,” ujarnya.
Untuk menuju ke lokasi dibutuhkan waktu sekitar 3 sebagian besar perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri medan berpasir yang menjadi ciri khas kawasan tumbuh kembangnya anggrek.
“Disini pohon-pohonnya tidak terlalu tinggi, hutannya juga tidak terlalu lebat. Meski tidak tinggi, kita gampang tersesat karena bentuk pohon dan semak belukarnya sama,” tambahnya.
Menariknya sepanjang perjalanan menuju lokasi, mata sudah dimanjakan dengan banyaknya tanaman anggrek yang tumbuh liar seperti semak belukar berdampingan dengan tumbuhan eksotis lainnya, Kantong Semar.
Akses yang memang sulit untuk menuju ke lokasi ditambah lagi dengan banyaknya rintangan membuat kawasan tersebut benar-benar terlindungi. Terlebih lagi kawasan itu ditetapkan sebagai Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK).
7 Lokasi Anggrek
Pihak kecamatan Kenohan dan Perangkat desa Kahala telah menelusuri dan memetakan kawasan anggrek tersebut.
Kepala desa Kahala, Mahlan mengungkapkan ada 7 lokasi anggrek. Dari semua lokasi tersebut terdapat anggrek hitam. Tumbuhan langka dan masuk dalam daftar dilindungi tersebut tumbuh alami bersama dengan jenis anggrek lainnya.
“Ada tujuh titik yang berhasil kami temukan dan kami namakan Pasir Satu, Pasir Dua, hingga Pasir Tujuh. Pasir Empat adalah yang terluas,” kata Mahlan.
Beragam jenis anggrek tersebut tumbuh subur di pasir dibalik rindangnya pepohonan.
“Ada anggrek hitam, anggrek putih, anggrek merah, anggrek pisang, anggrek lipan, anggrek bulan, dan masih banyak lagi yang kami belum tahu namanya,” jelasnya.
Mahlan menyebut total luasan kawasan ini mencapai 400 hektar. Potensi yang besar ini sedang dikembangkan untuk dijadikan obyek wisata maupun penelitian.
Ia berharap ada instansi yang dapat membantu mendata dan mengenalkan jenis-jenis anggrek yang belum diketahui jenisnya.
Kaspul menjelaskan, pihaknya bersama pemerintah desa sedang merancang lokasi itu sebagai obyek wisata. Langkah awal yang sedang dipikirkan adalah kemudahan akses pengunjung.
“Kami sedang merancang aksesnya agar ada kemudahan bagi pengunjung, termasuk fasilitas penunjang,” tutupnya.
Pewarta Herman