Opini, linimasa.co – Pandemi virus corona COVID-19 telah mengancam asasi paling dasar bagi setiap manusia, yakni hak untuk hidup. Secara global, lebih dari 200 ribu jiwa melayang akibat serangan virus tersebut. Tak sampai di situ, kini kelaparan juga jadi ancaman ikutan yang mengintai nyawa ratusan juta penduduk dunia. Direktur Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFD), David Beasley, bahkan menyebut 265 juta penduduk dunia terancam kelaparan sebagai dampak dari pandemi virus corona.
“Kita berbicara tentang kondisi ekstrem, status darurat –tentang orang-orang yang benar-benar sedang berbaris menuju ambang kelaparan. Jika kita tidak memberikan makanan kepada orang-orang, mereka akan mati. ” kata Beasley seperti dilansir The Guardian.
Hal ini sudah disadari oleh lembaga PBB yang mengurusi pangan dan pertanian, Food and Agriculture Organization atau FAO. Mereka menggelar pertemuan tak terjadwal bersama menteri-menteri pertanian negara G20, pada Selasa (21/4). Pertemuan itu juga dihadiri perwakilan WFP, Bank Dunia, dan Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (International Fund for Agricultural Development/ IFAD). (kumparan.com 27/04/2020)
“Sudah jatuh, tertimpa tangga pula” begitulah kondisi kita saat ini, ditengah pandemi COVID-19 yang terus menghantui hingga kini, dan belum ada titik terang kapan pendemi ini berakhir, kini masyarakat kembali dihadapkan dengan masalah lain. Masyarakat dihantui dengan ancaman kelaparan yang setiap hari kian meningkat terlebih disaat pendemi COVID-19 ini.
Tidak adanya kejelasan dari pemerintah selaku pihak yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini, membuat masyarakat semakin berada di kondisi sulit. Seolah-olah hanya ada dua pilihan yang disediakan, meninggal karena wabah COVID-19 atau meninggal karena kelaparan.Tentu saja, seharusnya dua pilihan tersebut dapat dicegah jika penanganan yang dilakukan tepat.
Situasi saat ini memaksa masyarakat untuk jaga jarak untuk memutuskan rantai penyebaran covid. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) inilah langkah yang dimbil pemerintah dan sudah mengumumkannya kepada seluruh rakyat. Tentu pemerintah juga terfikir dampak ekonomi yang akan terjadi.
Kemudian Pemerintah dalam hal ini, telah membuat program bantuan untuk masyakat terdampak covid dengan berkoordinasi dengan dinas sosial dan RT setempat. Diharapkan bantuan ini akan mengatasi masalah kekurangan kebutuhan pokok rakyat.
Namun, cara ini menuai berbagai kontroversi. Masyarakat dibuat bingung dengan berbagai macam syarat yang ada. Selain itu, bantuan yang diberikan banyak yang tidak terdistribusikan dengan baik kepada masyarakat juga tidak tepat sasaran, karena berbagai macam alasan yang ada.
Sehingga langkah yag sudah dilakukan tidak mampu menangani kekurangan kebutuhan perut rakyat. Dampaknya ada yang kelaparan karena tidak mampu membeli bahkan tidak mendapatkan bantuan, bahkan sampe ada yg meregang nyawa karena kelaparan ini.
Sistem Islam mampu mengatasi masalah kebutuhan pokok
Masalah kelaparan ini akan sistem islam islam mampu mengatasinya dengan sigap. Seperti dimasa Umar Bin Khattab yang merupakan salah satu dari Khulafaur Rasyidin. Kepemimpinan Umar Radhiyallahu ‘anhu layak dijadikan teladan, termasuk tentang bagaimana ketika Umar menghadapi wabah yang menyerang rakyatnya.
Pada masa paceklik dan kelaparan, Umar Radhiyallahu ‘anhu hanya makan cuka dan minyak sehingga kulitnya berubah menjadi hitam. Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”
Amirul Mukminin ‘Umar’ juga segera membagi-bagikan makanan dan uang dari baitul mâl hingga gudang makanan dan baitul mâl kosong total. Kemudian dia mengirimkan surat kepada dua gubernur untuk memberikan bantuan kepada wilayah yang sedang mengalami paceklik dan kelaparan. Bantuan pun datang hingga terpenuhi kebutuhan rakyat dan terbebas dari kelaparan.
Tidak ada sekat wilayah bangsa, yang ada adalah ikatan akidah Islam. Sehingga setiap Muslim akan selalu membantu saudaranya yang terkena musibah. Bantuan yang ikhlas hanya mengharap balasan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan bantuan yang berasaskan manfaat apalagi utang riba.
Sungguh, ketika seluruh penduduk negeri beriman, Allah akan melimpahkan berkah-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf : 96)
Maka sudah saat kita kembali mengunakana sistem islam, menjadikan sistem islam pondasi sebuah negri ini. Sehingga rahmatan lilalamin akan tersebar ke seluruh negri.
Wallahua’lam bis shawab.
Opini Oleh: Siti Nurhalizah (Aktifis Remaja Sangatta)