Bontang, Linimasa.co — Produksi ikan di Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami penurunan. Kondisi ini sudah terjadi dalam dua bulan belakangan. Tepatnya sejak Februari, hingga pekan perdana April 2020, Senin (6/4/2020).
Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) PPI Tanjung Limau, Robyasai Manassa Mallisa menjelaskan, kondisi ini disebabkan terjadinya anomali cuaca. Alias kondisi dimana cuaca menyimpang dari keseragaman fisiknya, dan sukar untuk diprediksi.
Roby – Sapaan akrabnya— mengatakan, kondisi ini dapat dikategorikan sebagai ‘Paceklik’ ikan. Dan mengaku tak bisa memperediksi kapan kondisi ini berakhir.
‘’Nelayan mau turun [Melaut, red] tapi tiba-tiba kencang angin. Kita enggak bisa apa-apa, karena cuaca lagi susah diprediksi,’’ katanya kala berbincang dengan reporter Linimasa.co di Tempat Pelelangan Ikan Tanjung Limau, Senin (6/4/2020) siang.
Dia menambahkan, berkaca dari data tahun 2019, rata-rata dalam sehari produksi ikan di Bontang mencapi 8 ton. Sebagian besar merupakan ikan pelagis, alias ikan laut tengah. Yang biasa hidup membentuk gerombolan (schooling). Seperti tuna, layang, Cakalang dan tongkol.
Untuk memenuhi kebutuhan ikan di Bontang, para pengepul menyiasatinya dengan mendatangkan ikan dari luar daerah. Semisal dari Sulawesi, namun diambil di Samarinda. Atau mendatangkannya dari Kabupaten Berau.
‘’Kalau kurang, biasa ambil dari luar kota,’’ bebernya.
Sebagai informasi, UPT PPI Tanjung Limau hanya memonitor produksi ikan harian nelayan Bontang. Tidak sampai pada perhitungan konsumsi ikan masyarakat.
“Kalau bagian itu (Menghitung konsumsi ikan) bukan di UPT PPI. Tapi di bagian ketahanan pangan,” pungkasnya. (adv/F9)
Reporter Fitto | Editor Chai