Bontang, Linimasa.co — Jelang ramadan, harga gula pasir yang diperdagangkan di pasar tradisional, minimarket, dan waralaba di Bontang terus merangkak naik. Saat ini gula pasir dibanderol Rp 18.000-Rp 20.000 per kilogramnya. Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah ialah Rp 12.500 per kilonya.
Kabid Ketahanan Pangan DKP3 Bontang, Debora Kristiani menjelaskan, berdasarkan hasil analisis yang pihaknya lakukan, gejolak harga gula pasir mencapai 25,9 persen.
‘’Hasil pantauan kami di distributor dan pedagang memang sudah naik sejak akhir Maret lalu,’’ ujar Debora Kristiani kala dikonfirmasi awak media, Senin (6/4/2020) pagi.
Dikatakannya, kenaikan ini dipicu oleh tingginya permintaan pasar untuk gula pasir dalam satu bulan belakangan ini. Sebabnya, untuk memenuhi kebutuhan tersebut produsen mesti menambah kapasitas produksi yang berakibat pada peningkatan biaya produksi dan peningkatan harga jual. Kondisi ini semakin diperparah lantaran pasokan gula impor ikut lesu seiring paceklik pandemi virus corona yang tak kunjung mereda.
‘’Akhirnya seperti itu. Gula pasir naik. Dijual diatas HET pemerintah,’’ ujarnya.
Dengan asumsi penduduk Bontang per April 2020 berjumlah 177,722 ribu jiwa. Konsumsi gula pasir di Bontang rentang Januari-Maret berjumlah 240,10 ton. Sementara pasokan di periode serupa berjumlah 695,78 ton. Masih ada stok 544,68 ton. Stok ini dinilai cukup bertahan selama 5 bulan, atau hingga September 2020 mendatang.
Di sejumlah jaringan retail modern yang ada di Bontang, gula pasir memang diperdagangkan selaras HET. Dengan segera gula tersebut diborong warga. Walhasil, stok gula pasir harga normal seketika ludes.
‘’Ini membuat stok gula di waralaba cepat habis pasokannya,’’ tandasnya. (adv/F11)