Oleh: H. Suwoko SE., MM
(Majelis Ulama Indonesia Kota Samarinda)
Opini – Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhori).
Bulan Ramadhan sejatinya menjadi momentum yang menggembirakan bagi setiap Muslim. Sebab, pada bulan suci ini, kesempatan beribadah dan mendulang pahala terbuka dengan sangat luas untuk mereka. Pada bulan ini, Allah SWT mewajibkan orang-orang Mukmin untuk berpuasa sebagai sarana untuk melatih diri. Salahsatu latihan diri adalah menjaga lisan kita.
Namun, tidak jarang amalan yang dilakukan seorang Muslim selama Ramadhan justru menjadi rusak karena lisannya yang tidak terjaga. Kadang kala kata-kata yang tidak bermanfaat masih saja suka terucap dari mulutnya. Hujatan, celaan, gibah (bergunjing), dusta, sumpah serapah, dan berbagai macam perkataan keji lainnya tetap ringan saja keluar dengan sengaja. Tanpa kita sadari lisan yang buruk dapat menjadi penghancur atau pembatal pahala dari amalan – amalan yang kita lakukan disaat berpuasa.
Ibadah Ramadhan pada hakikatnya bukan sekadar menahan lapar dan haus. Namun, juga menahan lisan dari berbagai perkataan yang tidak berguna. Karenanya, jangan sampai ibadah puasa kita menjadi sia-sia hanya karena kata-kata buruk yang kita ucapkan, baik yang di lakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Jauhilah celaan dan kata-kata kotor karena dampak yang dapat ditimbulkannya terhadap iman. “Tidaklah disebut mukmin orang yang suka mencela, yang gemar melaknat, yang suka berkata-kata keji, dan yang berkata-kata kotor,” (HR at-Tirmidzi).
Meninggalkan dari perbuatan dosa adalah inti dari puasa. Sebagaimana makan dan minum dapat membatalkan puasa, maka perbuatan dosa karena lisan berupa perkataan keji, dusta dan lainnya akan merusak pahala yang merupakan buah dari kita berpuasa. Mukmin sejati akan sellau menjaga hati, lisan dan perbuatannya.
Allah SWT berfirman, “Pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Mahapengasih, dan yang telah Dia (Allah SWT) ridhai perkataannya” (QS Taha [20]: 109). Ayat tersebut menyiratkan kepada kita tentang pentingnya untuk menjaga mulut dari perkataan yang tidak berguna, dalam kondisi apa pun juga. Sebab, semua ucapan yang keluar dari lisan kita akan dihisab di akhirat oleh Allah SWT. (*)