Bontang, linimasa.co – Aroma Amonia ternyata tidak hanya dicium oleh warga bufferzone melainkan juga tercium sampai daerah Gunung Sari, Kecamatan Bontang Selatan yang notabene jaraknya jauh dari pabrik ammonia.
Hal tersebut menarik perhatian Ketua Komisi III DPRD Bontang, Amir Tosina, ditemui diruangannya mengatakan, dalam kasus ini DPRD Bontang langsung memanggil Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bontang untuk menanyakan baku mutu udara Kota Bontang, Rabu (21/1/2020) siang.
Dari pemaparan yang diberikan DLH Bontang, baku mutu udara yang terjadi belakangan ini masih normal dan masih standar yang ditetapkan, akan tetapi Amir Tosina menyayangkan DLH Bontang tidak memiliki alat pengukur baku mutu udara.
“Jadi mereka tidak memiliki alat itu, dan mereka hanya mendata sesuai data dari perusahaan,” ungkapnya.
Amir Tosina menjelaskan, beberapa waktu lalu Ia bersama anggota Komisi III lainnya mendatangi PT Pupuk Kaltim dalam rangka silaturahmi, pada kunjungannya ke perusahaan Pupuk di Bontang itu Ia sempat menyinggung terkait sebaran bau amoniak yang sering dirasakan oleh masyarakat bufferzone.
Dari hasil kunjungan tersebut, pihak perusahaan PT Pupuk Kaltim menyatakan bahwa kondisi tersebut aman dan tidak ada kebocoran pada pipa atau saluran pembuangan amoniak dan sudah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)
“Mereka berasalan sudah sesuai dengan prosedur yang selama ini diterapkan perusahaan. Dan ini harus jelas, jika memang dinas tidak memiliki alat, kenapa tidak minta ke DPRD biar dianggarkan agar permasalahan amoniak ini bisa di minimalisir,” tukasnya.
“Jika kita terutama anak-anak yang menghirup ammonia dalam konsentrasi rendah dapat mengiritasi jalur napas sehingga menyebabkan batuk-batuk. Namun dalam konsentrasi tinggi, gas amonia berisiko menyebabkan luka bakar langsung pada saluran hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan,” Ungkap Amir Tosina. (adv/a)