Kukar, linimasa.co – Sektor pariwisata menjadi primadona baru bagi Kabupaten Kutai Kartanegara. Bahkan saking potensialnya dicanangkan sebagai salah satu penggerak utama roda ekonomi Kukar ke depan, menggantikan minyak dan gas serta tambang batu bara
Namun saat pandemi covid -19 melanda Sektor pariwisata di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi salah satu yang paling terdampak. Bahkan pendapatan asli daerah (PAD) dari pariwisata sempat anjlok 90 persen.
Ketegasan Satgas Penanganan covid membuat tempat-tempat wisata di Kukar harus tutup demi mencegah penyebaran virus. Namun kini keadaan mulai membaik seiring dengan mengemukanya kebijakan relaksasi.
Dengan kebijakan relaksasi Pengelola wisata bisa kembali beroperasi meski dengan penerapan ketat protokol kesehatan. Bahkan hanya dengan menerima pengunjung sebanyak 30 persen dari kapasitas normal.
“Tinjauan kami di lapangan, pariwisata Kukar kembali sangat meriah. Dikunjungi wisatawan lokal maupun dari daerah lain di Kaltim,” ungkap Plt Kepala Dinas Pariwisata Kukar Tauhid Afrian Noor.
Di antara banyaknya pilihan destinasi wisata di Kukar, beberapa yang paling ramai dikunjungi adalah pantai Samboja, Muara Badak, hingga Marangkayu. Sedang untuk di Tenggarong ada Kembang Jaong dan Taman Gubang di Loa Ulung.
“Sektor pariwisata sangat membutuhkan sentuhan anak-anak muda, pemerintah, maupun legislatif agar destinasi wisata yang sudah ada, bisa terus dikemas dan perbaiki. Supaya bisa menjadi tempat yang nyaman dikunjungi baik wisatawan Kaltim dan nasional,” lanjut Tauhid.
Gairah masyarakat yang tinggi membuat Dinas Pariwisata Kukar terpacu untuk membuka kembali destinasi wisata yang dikelola Pemkab. Bahkan, jika mendapat izin dari Satgas Penanganan Covid-19 Kukar, tempat-tempat wisata di bawah Pemkab Kukar ditarget kembali dibuka pada cuti bersama akhir tahun mendatang.
Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Kaltim, Achmad Herwansyah menambahkan pengoperasian tempat wisata di tengah pandemi, harus dilakukan dengan standar cleanliness, heath, safety (CHS).
Ketiga parameter tersebut menjadi syarat bagi pelaku industri wisata yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mengoperasikan tempat yang dikelolanya.
“Nanti para assesor dari pihak ketiga yang menilai layak atau tidak,” ungkap Herwansyah.
Dengan dampak covid-19 yang masih sulit diprediksi, CHS memegang peranan penting bagi industri pariwisata ke depan. Sehingga hal ini juga mesti mendapat perhatian serius bagi pemerintah. Sehingga denyut nadi sektor pariwisata di daerah bisa terus berdetak.
“Ini penting dilakukan untuk menjaga diri dan sesama serta lokasi wisata dari virus corona,” tutupnya.
Pewarta Herman