Samarinda, linimasa.co – Pemilu 2019 telah berakhir, presiden dan wakil presiden serta pejabat legislatif di sejumlah daerah telah dilantik.
Tetapi dibalik itu semua menjadi catatan tersendiri bagi Ridho Al-Hamdi selaku Dosen Fisipol Universitas Muhammadiayh Yogyakarta (UMY).
Dalam diskusi akhir tahun 2019, yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah bertempat di Aula Kantor Muhammadiyah, Yogyakarta, Senin (30/12/19).
Ridho memberikan apresiasi terhadap keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan Pemilu serentak. Serta partisipasi masyarakat yang terlibat dalam demokrasi. Karena sistem Pemilu serentak ini baru terjadi di Indonesia.
“Sepengetahuan saya belum ada satu pun negara yang menyelenggarakan pemilu secara serentak seperti di Indonesia. Hal ini merupakan prestasi yang patut diapresiasi,” ungkap Ridho yang juga pernah aktif di IRM.
Selain catatan keberhasilan, Ridho juga memberikan kritik dibalik kesuksesan penyelenggara Pemilu.
Pertama terkait banyaknya korban jiwa yang terjadi pada petugas penyelenggara TPS di berbagai daerah.
Kedua adanya kesalahan input dari hasil rekapitulasi suara. Ketiga masih merajalelanya perilaku politik uang bahkan hal tersebut diangggap normal.
“Politik uang masih dianggap normal, undang-undang kita tidak memberikan pembelaan hukum yang memberikan kenyamanan bagi orang yang ingin melaporkan kasus politik uang yang terjadi. Sehingga masyarakat merasa malas untuk melaporkan,” tambah Ridho.
Apalagi untuk menjadi anggota legislatif hari ini diperlukan banyak modal. Tidak cukup hanya memiliki intelektual saja, karena pasti akan tersingkir. Seharusnya partai politik mampu melahirkan kader terbaik yang memiliki ideologi. Namun nilai ideologi partai saat ini seakan hilang.
“Caleg tidak bisa lepas dari strategi padat modal. Untuk bisa banyak dipilih, seorang caleg harus memiliki modal banyak. Sehingga ini menandakan bahwa ideologi partai memudar. Orang-orang yang punya kemampuan intelektual yang bagus karena tidak punya modal mundur dari pencalonan,” tambahnya.
Terakhir ialah menguatnya polarisasi masyarakat dengan pendekatan agama-etnis serta masifnya media sosial. Dalam hal ini ia berkomentar bahwa pendekatan Islam digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan jangka pendek yaitu Pemilu 2019.
Reporter Dhepta I Editor Chai