Bontang, Linimasa.co — BBI Tanjung Laut, Bontang berhasil memanen sekitar 530.000 benur udang windu. Dikatakan staf pengelolaan benur udang windu BBI Tanjung Laut, Bontang, Chairul Amin, ini merupakan benur jenis udang dengan kualitas ekspor. Itu sebabnya, harga udang windu di pasaran mencapai ratusan ribu rupiah per kilogram. Semakin rendah sizenya, makin melambung pula harganya.
“Mahal sekali udang windu ini di pasaran. Ratusan ribu,” ujar Chairul Amin kala disambangi di gudang budidaya udang di BBI Tanjung Laut, Kamis (16/4/2020) siang.
Awal April 2020 ini, harga pasaran udang windu size 30 dibanderol Rp 180 ribu per kilogram. Sementara size 20 lebih mahal lagi, sekitar Rp 200 ribu per kilo.
Adapun, pembudidayaan benur udang windu hingga kemudian menjadi udang siap di perdagangkan di pasar membutuhkan waktu sekira 3-4 bulan.
Dikatakan Chairul— akrabnya, udang windu dibanderol demikian mahal karena selain kualitasnya eskpor, juga pembudidayaannya lama dan butuh ongkos tidak sedikit.
Untuk pakan harus kualitas terbaik. Dan pembudidaya pun harus rutin menjaga ‘tambak’ udang.
“Tingkat kerumitan budidaya udang ini bukan main. Juga harus dijaga pakannya. Tidak boleh sembarangan,” beber Chairul.
Untuk di Bontang sendiri, tambahnya, masih sangat jarang ditemui pembudidaya udang windu. Sebagian besar pembudidaya berasal dari daerah lain di Kaltim. Semisal Sangkima dan Teluk Pandan, Kutai Timur. Serta, Marangkayu, Kutai Kartanegara (Kukar).
“Jarang sih di Bontang ada yang budidaya udang windu,” tandasnya. (adv/F25)