Opini, linimasa.co – Memasuki sepuluh hari kedua di bulan suci ramadhan masih saja kita melihat beberapa masjid melaksanakan sholat 5 waktu, sholat jumat dan bahkan sholat tarawih. Mereka tidak lagi mematuhi imbauan pemerintah dan bahkan imbauan Ulama (Baca Fatwa MUI: 16 Maret nomor 14 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Ibadah Ketika Wabah Covid-19).
Melihat fenomena ini saya bertanya. Apa yang mereka cari. Bukankah Tuhan itu ada dimana- mana. Kalau kita yakin Tuhan ada dimana- mana, lalu kenapa masih tetap beribadah di masjid.
Menurut Karen Armstrong dalam buku aslinya. The Case for Good: What Religion Really Means (2011): mengatakan Tuhan sebagai maha tinggi dan Absolut tentu tidak dibatasi waktu, ini dapat kita pahami dalam ibadah misalnya; Tuhan tak mengenal apakah kita beribadah dirumah, atau beribadah di masjid.
CORONA. LEBIH BAIK BERIBADAH DI RUMAH.
Membatasi diri dirumah adalah salah satu cara untuk meminimalisir penyebaran wabah Covid-19, karena jika kerumunan dan keramaian masyarakat tidak dibatasi, penyebaran covid-19 akan kian massif mengingat bagaimana virus ini dengan cepat menyebar. Kita dapat melihat sendiri Instansi- instansi pendidikan sudah meliburkan sekolahnya dan mengantinya dengan sistem pengajaran online. Hal demikian dilakukan juga oleh beberapa perusahaan, dan instansi- instansi kepemerintahan. Tak hanya kegiatan- kegiatan diatas yang dipindahkan kerumah masing- masing, namun juga kegiatan ibadah di tempat umum pun disebagian wilayah sudah dibatasi. Beberapa masjid dan tempat ibadah lainya yang berzona merah sudah dibatasi pengunaanya untuk sementara waktu, sholat jumat di masjid diganti sholat zuhur dirumah, dan kegiatan peribadatan lainya yang memicu keramaian. Dengan demikian otomatis kegiatan ibadah akan berpindah ke rumah masing- masing. Selama ada tuntutan dari para ulama mengenai peribadatan saat musim wabah covid- 19 ini sebenarnya seorang muslim tidak perlu khawatir.
“ Bila kalian telah mendengar terjadi wabah disuatu negeri, maka janganlah kalian mendatangi negeri itu. Dan jika wabah itu terjadi disuatu negeri sedangkan kalian berada disana, maka keluar lah dari negeri itu untuk lari dari wabah” (HR al-Bukhari dan Muslim nomor 1615)
Kalau kita cermati hadist ini ada beberapa implikasi yang akan diterima oleh kaum muslimin khususnya rakyat Indonesia. Pertama, mereka tidak bisa kembali lagi ke kampung halaman untuk sementara waktu. Kedua, akan terjadi kebijakan lockdown di beberapa wilayah. Ketiga, kegiatan- kegiatan umum akan ditiadakan untuk sementara waktu. Dan dampak semua ini berimbas pada perekonomian, terutama bagi yang memiliki pekerjaan informal seperti pedagang kaki lima, tukang ojek, kuli bangunan, karyawan swasta, dll yang mana mereka kemungkinan tidak bisa meninggalkan pekerjaan, karena bagaimana pun keluarga harus diberi nafkah untuk sehari-hari.
MENCARI TUHAN DI MASJID, KETEMUNYA DI RUMAH
Banyak orang masih beranggapan Tuhan ada di Masjid. Padahal, Tuhan ada di rumah bersemayam bersama do’a, rintihan dan tangisan meminta ampunan dari perhatian Tuhan. Disitulah Tuhan berada. Dalam sisi yang lain, Tuhan dipandang oleh orang- orang yang mengalaminya terlihat lebih nyata dibangdingkan dengan fikiran, segala sesuatu, atau seseorang. Orang –orang yang mengalaminya pun merasakan kehadiranya secara positif dan hidupnya pun dirasakan semakin selaras dengan hukum- hukum-nya. Hal ini merupakan perwujudan dari sebuah hubungan yang intim antara diri seseorang dengan tuhan sebagai realitas suci yang amat dirasakan menguasa dan menyelimuti dirinya.
Dalam konteks yang berbeda beribadah dirumah disaat sekarang lebih mendekatkan kita kepada tuhan karena aman dari ancaman virus, makna kedekatan dalam hal ini adalahilmunya, mendengarkan do’a dan mengabulkanya apa yang kita minta. diredaksi yang berbeda kata dekat juga bisa dipahami akan mengabulkan ketika kita berdo’a kepada tuhan walaupun dirumah. Dengan berdiam diri dirumah sambil beribadah hakikatnya adalah membantu para tenaga medis yang sedang bekerja dirumah sakit dan tidak menambah pasien lagi.

Opini oleh Alias Candra
Wakil Sekretaris Bidang Riset, Teknologi & MSDM PWPM Kaltim
Dosen IAIN Samarinda