Bontang, Linimasa.co—
Hasil inspeksi mendadak (Sidak) Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3) Bontang bersama sejumlah instansi terkait dibantu TNI dan Polri pada Kamis (19/3/2020) lalu menunjukkan stok 9 bahan pokok di Bontang aman. Harganya pun stabil.
Kendati demikian, dari 9 bahan pokok, harga gula pasir memang tunjukkan kenaikan. Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah ialah Rp 12.500 per kilogram. Namun kini, harga gula diecer Rp 13.500 hingga Rp 17.000 per kilogram.
Dikatakan Kabid Ketahanan Pangan DKP3 Bontang, Debora Kristiani, kenaikan harga gula pasir sudah berlangsung dua pekan ini. Dari hasil amatan pihaknya, kenaikan ini dipicu gagal panen di sejumlah sentra pertanian tebu di Indonesia karena kemarau.
Tebu, yang menjadi bahan baku utama gula pasir kurang. Ini kemudian berpengaruh pada jumlah produksi, dan akibatnya distribusi gula pasir ke masyarakat kurang.
“Stok kurang, permintaan banyak, makanya harga naik,” beber Debora Kristiani ketika disambangi linimasa.co usai mengikuti rapat koordinasi terkait kondisi pangan ditengah wabah COVID-19 di Gedung Auditorium 3 Dimensi, Jumat (20/3/2020) siang.
Harga gula pasir yang melambung membuat sejumlah distributor enggan menyetok lebih banyak. Pasalnya, bila harga kembali normal, gula dengan harga lama bisa tidak laku, dan distributor terancam merugi.
“Harga pangan kan enggak stabil, kadang naik, kadang turun. Makanya distributor enggak mau stok banyak,” beber Debora.
Selain dipicu kurangnya pengiriman dari pabrik gula, distributor juga mengeluhkan HET yang ditetapkan pemerintah. Debora menyebut, distributor mengeluh karena HET gula terlalu rendah, sangat mendekati harga gula dari pabrik. Sebabnya distributor membanderol gula diatas HET, sekira Rp 13.000 hingga Rp 14.000.
“Ada juga sih distributor mengeluh. Katanya HET gula kerendahan. Kalau untuk itu [Penetapan HET] tentu ada pertimbangannya,” ungkapnya. (adv/F2)