Kutai Kartanegara, linimasa.co – Harus diakui masih banyak daerah terpencil dan terisolir di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Hal itu juga diperparah dengan sulitnya mengakses internet sehingga banyak guru yang kesulitan belajar teknologi informasi.
Ketidakmampuan guru dalam menguasai teknologi informasi tentunya akan menjadi kendala tersendiri, mengingat proses pendidikan saat ini telah mengembangkan penggunanya teknologi.
Hal itulah yang mendorong Suwito dan kedua rekannya, Slamet Widodo dan Imam Mashudi untuk mengatasi masalah tersebut. Bahkan mereka sampai berkeliling Kukar untuk mengedukasi guru dengan harapan semua guru dapat melek teknologi informasi.
“Ini sebenarnya panggilan hati. Kok teman-teman guru segini saja, tidak maju-maju khususnya di bidang IT. Kita melas banget melihatnya,” kata Suwito
Satu per satu sekolah maupun guru yang ingin belajar teknologi itu memanggil mereka. Walaupun tidak dibayar dan daerah yang didatangi terpencil bahkan beberapa kawasan tidak ada sinyal seluler, namun mereka tetap semangat. Ketiganya tanpa keluh mengajarkan semua hal tentang upaya mendukung proses pembelajaran.
“Kadang sedih melihat kondisi guru-guru di kawasan itu, namun itu yang memotivasi kita untuk membantu mereka,” kenang Suwito.
Banyak Temui Kendala
Untuk mengusahakan guru melek IT tidaklah mudah. Banyak kendala yang di hadapi Suwito dan kedua rekannya dalam upayanya tersebut.
Tidak hanya lokasi yang jauh, akses jalan yang buruk, tidak ada sinyal namun mereka juga harus menghadapi kenyataan bahwa ada banyak guru yang belum pernah sama sekali mengenal komputer.
“Di satu desa, ada guru yang bahkan harus kami ajari cara pegang mouse. Ini artinya dasar sekali, bagaimana kita mau mengajarkan pelatihan teknologi informasi bila dasarnya saja belum bisa,” ungkapnya.
Meski demikian, Suwito dan dua rekannya tetap memahami keadaan tersebut. Sebab beberapa guru memang sudah berusia lanjut atau saat kuliah kependidikan masih belum mempelajari komputer.
“Kita sadar, banyak hal yang harus dilakukan agar tenaga pendidik bisa maju. Itu semakin memotivasi kami,” kata Suwito.
14 Tahun Jadi Guru Masih Jadi Tenaga Honor
Sejak tahun 2006 Suwito menjadi guru Bahasa Inggris di Kukar. Selama 14 tahun mengabdikan diri menjadi menjadi pengajar, hingga saat ini Suwito masih berstatus sebagai tenaga honorer. Begitu pula dengan kedua rekannya, Slamet Widodo dan Imam Mashudi.
“Kalau ditanya mau tidak jadi PNS, siapa sih yang tidak mau. Kebanyakan yang memilih menjadi guru, ujung-ujungnya pasti ingin ke sana,” katanya serak.
Walaupun demikian, dia mengaku tidak berharap banyak dengan status PNS. Sebab, jika berharap berlebihan, dia khawatir akan kecewa dan patah semangat.
“Kami berkarya saja. Bagi saya, ketika orang merasa sangat terbantu dengan apa yang kami buat, itu sudah sebuah kebahagiaan luar biasa,” ujarnya
Guru Berdedikasi
Apa yang telah dilakukan Suwito, Imam Mashudi dan Slamet Widodo mendapat apresiasi dari Kepala Seksi Kurikulum dan Pengembangan Mutu SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar, Emy Rosana Saleh.
“Mereka luar biasa, mereka itu asetnya Kukar, kita membutuhkan orang-orang yang dedikasinya seperti yang pak Suwit. Kami menghargai usaha mereka,” ujar Emy.
Emy menambahkan apa yang telah dilakukan Suwito dan rekan-rekannya saat ini telah memberi dampak luar biasa bagi pendidikan di Kukar.
“Berkat mereka kini guru familiar dengan teknologi, dan yang mereka lakukan berdampak luas bagi dunia pendidikan,” tambahnya.
Sementara itu untuk status PNS Emy mengaku sangat dilematis sebab itu menjadi kewenangan dari Pemerintah Pusat sementara kewenangan Pemerintah Daerah hanya sebatas mengangkat tenaga harian lepas (THL).
“Kewenangan penerimaan PNS ada di pusat. Di daerah tidak semudah itu mengangkat PNS,” sebutnya.
Meski demikian, Kutai Kartanegara patut bangga memiliki guru seperti Suwito, Imam Mashudi, dan Slamet Widodo. Dedikasi dan pembuktian ketiganya dalam pengabdian sebagai guru sudah dibuktikan.
Pewarta Herman