Samarinda- Beberapa hari terakhir, jagat maya dihebohkan dengan kabar tentang Sun Protective Factor (SPF) palsu pada produk sunscreen. Hal ini terungkap setelah seorang influencer di TikTok melakukan eksperimen terhadap beberapa produk sunscreen lokal yang mengklaim memiliki SPF 50.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa kandungan SPF pada produk tersebut tidak sesuai dengan klaim, bahkan menurut hasil uji laboratorium, kandungan SPF-nya hanya 6 bahkan ada yang 2. Setelah video ini viral, sejumlah brand mengeluarkan bukti hasil uji laboratorium tentang klaim SPF pada produknya. Namun, masih banyak produk lokal Indonesia yang mempunyai klaim sesuai dengan hasil laboratorium.
SPF merupakan singkatan dari Sun Protection Factor, yang mengacu pada angka yang digunakan untuk mengatur sejauh mana tabir surya atau sunscreen dapat membakar kulit dari sinar matahari. Kode angka dibelakang SPF merupakan sebuah tanda proteksi. Semakin besar angka yang tertulis, maka proteksi yang diberikan akan semakin lama.
Tujuan klaim sunscreen pada setiap produk itu berbeda-beda dan tidak ada ketentuan SPF berapa yang paling bagus. Penggunaan SPF pada sunscreen harusnya bergantung pada tujuan pemakaian. Apabila hanya beraktivitas di area indoor, penggunaan tabir surya dengan SPF 15 dirasa sangat cukup. Sementara itu, penggunaan SPF tinggi sangat dianjurkan jika sedang dalam aktivitas outdoor.
Cara kerja SPF untuk proteksi kulit adalah dengan menunjukkan durasi proteksi bagaimana si SPF ini bekerja. Contohnya, SPF 30 artinya, dalam 10 menit kalau kita tidak pakai sunscreen terbakar kulitnya. Kalau dipakai SPF 30, itu berarti durasi proteksinya hingga kita terbakar itu sekitar 30 kali. Saat kita mengenakan SPF 30, sinar matahari baru akan terasa membakar kulit kita pada menit ke-300 atau sekitar 5 jam sehingga perlu dilakukan reapply sunscreen setelah jangka waktu tersebut.
Viral Kasus Klaim SPF Palsu
Sementara itu, beberapa minggu terakhir jagat maya dihebohkan dengan viral hasi uji laboratorium dari sunscreen yang memiliki SPF tak sesuai klaim di kemasan. Dilansir dari CNBC Indonesia, video ini kali pertama dibuat oleh pemilik akun TikTok @cicikoko_review, Ericiko.
Dalam videonya, TikTokers dengan 50 ribu followers ini menguji ulang 33 merk sunscreen. Secara tak terduga, beberapa sunscreen yang di klaim memiliki SPF 50 nyatanya hanya menunjukkan nilai 38, 18, 6 bahkan 2 saat di tes.
Video ini pun mendapatkan tanggapan dari seorang dokter, dr. Yessica Tania. Ia memberikan pandangan bahwa tes yang dilakukan Ericiko itu sifatnya masih kualitatif. Untuk mendapatkan hasil yang super akurat, perlu dilakukan uji coba khusus di laboratorium yang sudah terakreditasi dengan biaya yang fantastis yaitu Rp30 juta hingga Rp70 juta dengan jangka waktu 6-7 bulan.
Cara Mengetes SPF Pada Sunscreen
Menurut dr Anthony Handoko, SpKK, salah satu cara paling mudah untuk mengetes kebenaran SPF pada sunscreen adalah dengan mencobanya. Apabila baru beberapa menit dipakai kulit sudah terasa panas padahal klaimnya SPF 50, dijamin produk tersebut over claim.
“Harus diuji laboratorium untuk mengetahui bahwa SPF bodong. Tapi kalau mau dibuktikan secara terbalik, itu kamu pakai yang mestinya bisa 300 menit melindungi kamu, eh setengah jam dipake muka kamu perih,” ungkapnya. “Kamu pakai aja, kalau dalam 20 menit kamu kebakar ya udah pasti SPF-nya bodong dong.”
Di sisi lain, senter kabar bahwa SPF yang bagus adalah sunscreen yang teksturnya kental. Secara fisik kebenaran SPF itu sebenarnya tidak bisa hanya dilihat dari kekentalan produk. Pasalnya, setiap produk memiliki karakteristik berbeda mulai dari serum, lotion hingga krim.
Tips Memilih Suncreen yang Baik
Dalam memilih sunscreen yang terbaik, dr Anthony menyarankan agar memilih SPF yang sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan. Cukup gunakan SPF 30 apabila aktivitas Beauties tidak banyak dilakukan di luar ruangan.
Selanjutnya, pilih sunscreen yang water-resistant atau tahan air. Hal ini dilakukan agar sunscreen tidak mudah luntur saat basah atau terkena keringat. Lebih lanjut, ia juga menganjurkan untuk memilih sunscreen yang memiliki spektrum proteksi terhadap UV-A dan UV-B.
Sementara itu, dr Anthony mengungkapkan bahwa sunscreen terbaik adalah yang memiliki tekstur seperti cream-cheese, yakni berbentuk krim, rata, dan tidak bergumpal. Meski demikian, pemilihan tekstur ini juga bisa disesuaikan dengan kondisi kulit. (PF)