Samarinda, linimasa.co – Penggunaan hujan rupanya masih menjadi pilihan sebagai pengganti alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis di beberapa rumah sakit yang ada di Samarinda.
Hasil pantauan di beberapa rumah sakit yang ada di Samarinda, petugas medis baik dari Dokter hingga perawat mengenakan jas hujan sekali pakai yang terbuat dari plastik.
Jas hujan tersebut digunakan untuk menangani pasien yang bukan positif Corona yang dirawat di rumah sakit yang jadi rujukan seperti RSUD AW Sjahranie. Di rumah sakit tersebut jas hujan dipakai di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Penggunaan jas hujan merupakan langkah untuk menghemat penggunaan APD.
“Kalau saat ini ya baju hazmat itu ada, di IGD sendiri ada 30-an baju itu, tapi kami pakai untuk pasien kategorinya suspek Covid-19,” kata Maisarah, seorang perawat IGD RSUD AW Syahranie, Selasa (7/4/2020).
Lain halnya dengan rumah sakit swasta, ketersediaan APD dapat dikatakan masih sangat minim. Walaupun bukan termasuk rumah sakit rujukan, namun kebanyakan rumah sakit swasta masih menjadi pilihan utama masyarakat Samarinda ketika akan melakukan pemeriksaan kesehatan.
Tidak jarang, pasien yang mengalami gejala klinis Covid-19 dengan riwayat perjalanan dari zona rawan Corona masih memeriksakan diri di rumah sakit swasta. Sehingga tenaga medis baik dokter maupun perawat tidak punya perlindungan yang memadai untuk memeriksa pasien sebelum dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid-19.
Contohnya saja di RS SMC, petugas medis di ruang IGD menggunakan jas hujan untuk penanganan pasien gawat darurat. Hal ini dilakukan karena stok APD habis atau tidak ada sama sekali
“Untuk sementara sih kita APD-nya masih menggunakan jas hujan, karena adanya ini dulu,” kata Mirza, dokter di RS SMC.
Sama halnya dengan RS Siaga Almunawaroh, jas hujan untuk pakai untuk menangani pasien bukan Covid-19. Pilihan tersebut dilakukan karena APD masih sangat langka.
“Para tenaga medis yang ada banyak menggunakan jas hujan. Jadi penggantinya jas hujan plastik, sehingga sekali pakai buang,” kata Nadila, staf bagian SDM RS Siaga.
Direktur Rumah Sakit Hermina Samarinda, Douglas Umboh juga mengakui rumah sakitnya kekurangan APD. Padahal kebutuhan alat pelindung ini sangat penting untuk memudahkan penanganan pasien supek Covid-19.
“Semua rumah sakit saya kira membutuhkan APD karena merupakan suatu benteng buat tenaga kesehatan masuk di daerah pertempuran dengan musuh yang tidak kelihatan,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda, Ismed Kosasih mengatakan, rumah sakit rujukan untuk tangani Corona di Samarinda ada dua. Keduanya merupakan rumah sakit milik pemerintah.
“Khusus rumah sakit rujukan Covid-19 hanya dua yakni RSUD AW Syahranie dan RSUD IA Moeis. Bisa diperluas apabila kedua rumah sakit itu kelebihan pasien,” ujar Ismed.
Untuk pemeriksaan awal, tambah Ismed, bisa dilakukan di semua fasilitas kesehatan yang ada seperti Puskesmas, klinik, dan rumah sakit swasta.
Salah satu pasien positif Covid-19 di Samarinda sempat lakukan pemeriksaan awal ke salah satu rumah sakit swasta di Samarinda. Karena memiliki gejala corona dan memiliki riwayat perjalanan dari zona merah, pasien tersebut langsung dirujuk ke RSUD AW Syahranie hingga akhirnya dinyatakan positif Corona.
Oleh karena itu dapat dikatakan APD juga dibutuhkan oleh tenaga medis ditempat layanan kesehatan lain agar terlindungi saat melakukan pemeriksaan pasien. (H/38)
Reporter Herman | editor Dhepta