Samarinda. linimasa.co – Saat Pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, hingga kini. Informasi yang kita bisa dapatkan melalui media mainstream lebih banyak pada informasi: Jumlah pasien positif – negatif, meninggal dunia, PSBB, dan lain-lain.
Namun pada aspek lain, informasi tentang ketersediaan pangan guna mencukupi kebutuhan nasional seperti terlupakan. Covid-19 kini mampu merubah tatanan kehidupan masyarakat memasuki kehidupan baru. Atau yang kerab disebut sebagai The New Normal.
Dialogika memandang ada keseriusan lain, selain membahas perkembangan Covid-19 dari sisi kesehatan. Dalam dialog kali ini, dialogika membincang keterbutuhan persediaan pangan secara nasional, Kamis (21/5/20)
Hal ini juga sebagaimana yang disampaikan Mariman Darto selaku dewan penasehat Dialogika yang mengatakan, bahwa dirinya optimis jika pembangunan Indonesia dimulai dari desa.
“Sebagaimana Nawa Cita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo mensyaratkan pembangunan dari daerah terpencil dan terisolir. Ini bisa dimaknai dengan pembangunan berbasis desa agar menjadi pusat ekonomi baru. Dan saya optimis akan hal itu,” ucapnya.
Senada dengan hal tersebut Anwar Sanusi mengatakan bahwa pembangunan dari daerah terisolir dapat dimaknai sebagi ekonomi keraktyatan nasional. Hal tersebut menurutnya, juga perlu intervensi pemerintah dalam memberikan anggaran.
“Ada peningkatan dana desa dari Tahun 2015 sebesar 20,67 T, meningkat pada tahun 2020 dari alokasi dana yang dianggarkan sebesar 72T. Karena penyesuaian pada saat Covid-19 sehingga didapatkan 71,129 T. Untuk alokasi pendanaan perdesa pada tahun 2020 mendapatkan kurang-lebih 960,6 jt/desa,” jelas Sekertaris Jendral Kemendes, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Anwar Sanusi.
Selain itu ia menambahkan bahwa peran dari anak-anak milenia sangat diharapkan dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM).
“Kemendes juga akan berkerja sama dengan Kemendikbud dalam mengusung platfrom bagaimana memberikan penguatan dari KKN. Jika sebelumnya sebulan, maka dapat dimanfaatkan untuk membangun pedesaan dengan tri darma. Dengan pembekalan informasi yang cukup tentang desa tersebut,” tambahnya.
Disisi lain, Bupati Kutai Timur, Ismunandar menyampaikan keberhasilannya dalam pemanfaatan Bumdes di Kutim yang telah banyak bergerak.
“Kami telah 15 kali mengirim hasil pertanian ke Malaysia. Selain itu dalam menghadapi Covid-19 kami telah memanfaatkan lahan pekarangan yang ada di desa untuk menanam singkong dan jagung. Jika covid 19 nantinya berkepanjangan. Semua atas peran Bumdes,” ujarnya.
Selain itu lanjutnya, ia juga telah memberikan kepastian lahan pertanian agar benar-benar disiapkan dan dijaga. Serta mempersiapkan tenaga pertanian dari anak-anak muda.
“Jangan sampai ahli fungsi ke yang lain. Pemanfaatan lulusan pertanian untuk mempelopori agar kaum milenial, mau tetap turun dengan sistem mekanisasi pertanian. Agar tetap aktif sisi pertanian di pedesaan. Sebab Indonesia dapat maju harus dimulai dari pembangunan pedesaan,” ujarnya.
Bupati Berau, H. Muharram juga mengisyaratkan bahwa anak-anak muda tetap harus didorong dan dipersiapkan menjadi tenaga handal pada bidang pertanian. Dengan upaya mekanisasi pertanian. Agar anak muda tetap peduli terhadap pertanian.
“Anak-anak muda tetap harus peduli dengan pertanian. Perlu mekanisme pertanian yang modern agar anak-anak milenial mau ikut serta.”
Selain itu tambahnya jika negeri ingin mandiri dari bidang pangan. Perlu adanya intervensi dari pusat untuk menetapkan daerah dan wilayah sebagai fokus lumbung pangan.
“Pemerintah pusat dan daerah harus ikut mengintervensi agar kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik.”
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan, baik di ruang chat zoom, maupun bertanya langsung. Banyaknya peserta yang ingin berdialog membuat waktu yang disediakan oleh panitia tidaklah cukup. Ahmad Mubarak mengatakan, kedepan pihaknya akan mengadakan dialog khusus Sekjen Kemendes beserta dengan para kepala desa.
Untuk diketahui Dialogika mengadakan dialog terkait tema Menyiapkan Desa sebagai Lumbung Pangan Nasional. via aplikasi zoom, diikuti peserta dari berbagai wilayah, dari Sumatera hingga Papua
“Nanti akan kita siapkan dialog berikutnya. Karena waktu yang kami sediakan ini ternyata tidak cukup, karena antusias peserta untuk berdialog cukup tinggi,” tutupnya.
Reporter Dhepta