Bontang, Linimasa.co — Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI) Tanjung Laut tengah menantikan ‘Penen perdana’. Yakni berupa benih udang windu kualitas terbaik. Terang saja panenan ini amat dinanti. Sebab BBI yang terletak di Jalan Pelabuhan ini baru saja bangun dari lelap panjangnya. Usai vakum lebih dari setahun lamanya.
Dikatakan Plt UPT BBI Tanjung Laut, Moedji Hartati, kegiatan di tempat ini mulai berjalan awal Februari 2020. Tak lama usai provinsi mengizinkan daerah—Dalam hal ini Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3) Bontang, mengelola BBI. Sebelumnya BBI memang berada dalam kewenangan provinsi Kaltim. Namun karena kurangnya sumber daya, maka BBI mangkrak, tak beroperasi lebih setahun. Sejak 2018 akhir, hingga diambil alih Bontang awal tahun 2020 ini.
‘’Lama kan BBI ini tidak beroperasi. Sejak Februari kami (DKP3) mulai operasikan kembali setelah mendapat izin dari Provinsi (Kaltim),’’ terang Moedji Hartati, kala disambangi Linimasa.co di gedung penetasan telur udang windu, BBI Tanjung Laut, Kamis (9/4/2020) pagi.
Dia menjelaskan, agenda perdana yang dilakukan di BBI ialah budidaya benih udang windu. Adapun induk udang windu siap tetas (MT) didatangkan dari Balikpapan pada pertengahan Maret 2020. Sebelum badai Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) melanda Bontang.
‘’Ada 17 (Induk udang windu) yang kami datangkan dari Balikpapan. Budidaya ini uda kami mulai sebelum COVID-19 merebak. Dan waktu itu imbauan Wali Kota Bontang soal kerja dari rumah (Work From Home/WTH) dan jaga jarak (Physical ditancing) terbit,’’ bebernya.
Secara ringkas dia menjelaskan, proses budidaya benih udang windu setidaknya melalui 4 tahapan. Yakni pelepasan telur, penetasan, larva, hingga kemudian menjadi benih siap edar. Seluruh tahapan ini biasa membutuhkan waktu 1 bulan.
Untuk setiap induk udang windu bisa menghasilkan 300-500.000 telur. Namun tentu tidak semuanya berhasil berkembang jadi benih. Persentase keberhasilan telur menjadi benih sekitar 15-30 persen.
Plt UPT BBI Tanjung Laut, Mujiharti (Kiri) kala menunjukkan progres budidaya benur udang windu, Kamis (9/4/2020) pagi.
‘’Misalnya satu indukan itu punya telur sekitar 500, yang jadi benih itu biasanya 15 persen saja. Kalau persentasenya bisa sampai 30 persen itu banyak sekali,’’ terangnya.
Bukan tanpa alasan persentase telur menjadi benih hanya di angka 30 persen atau kurang. Pasalnya, pemeliharaan memang sangat rumit. Butuh ketelatenan, misalnya saja dalam waktu pemberian pakan.
‘’Pakan ada 2 jenis. Ada plankton, ada pakan buatan. Dan pemberian pakan itu juga ada waktunya. Dalam sehari itu 6 kali jadwal pemberian pakan,’’ terangya kepada Linimasa.co.
Lebih jauh dijelaskan Moedji Hartati, benih udang windu hasil budidaya BBI Tanjung Laut lebih banyak dikirim ke luar daerah. Seperti Santan, Kutai Timur dan Marangkayu Kutai Kartanegara. Sedang untuk pasaran Bontang masih minim.
‘’Banyakan dikirim ke luar kota kalau benih udang windu. Tapi masih sekitaran Kaltim,’’ katanya.
Bila mengacu harga pasaran di Kaltim, tiap ‘ekor’ udang windu dihargai 28 rupiah. Itu terbilang miring bila dibandingkan harga bibit benur dari Pulau Jawa atau Bali.
Bila tak ada aral melintang, penenan perdana bibit benur udang windu di BBI Tanjung Laut akan dilakukan Rabu (15/4/2020) pekan depan.
‘’Rencana mau dipanen Rabu malam. Pekan depan,’’ pungkasnya. (adv/F16)
Reporter Fitto | Editor Dhepta