Opini, linimasa.co – Merebaknya pandemic Virus Corona, tidak hanya berdampak kepada kesehatan, tapi juga membawa dampak di semua sector kehidupan, termasuk ekonomi masyarakat yang ada di sekitar kita.
Bagaimana kita seharusnya, menyikapi dampak ekonomi dari wabah covid-19, sebagai seorang muslim dan anak bangsa ?
Seorang muslim dan anakbangsa, seharusnya memiliki keterpanggilan, untuk menolong saudaranya, memiliki jiwa dan semangat, member manfaat kepada sesama, memiliki karakter Nafi’un li ghairihi.
Kebaikan seseorang, salah satu ukurannya, indikatornya, adalah kemanfaatannya bagi orang lain. Keterpanggilan nuraninya untuk membantu menyelesaikan kesulitan orang lain.
Bahkan manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda “khairunnas, anfa’uhumlinnas”, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)
Seorang Muslim, setelah ia membingkai kehidupannya dengan misi ibadah kepada Allah semata “hablunminallah”, sebagaimana petunjuk Allah dalam surat Adz Dzariyat (51) : 56 dan “Sesungguhnya tidaklah Aku ciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”, maka orientasi hidup selanjutnya adalah, “hablunminannas” memberikan manfaat kepada orang lain, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, nafi’un li ghairihi.
Sepintas, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesame itu, membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terforsir.
Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya, disaat yang sama, kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri.
Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita. Allah SWT berfirman : QS. Al Isra’ (17) :7 “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.”
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan menyelesaikan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim no 2699).
Dengan apa kita memberikan manfaat kepada orang lain ? Dalam bentuk apa nafi’un li ghairihi kita wujudkan ? Menyikapi dampak ekonomi dari wabah Covid-19? Sesungguhnya setiap manusia memiliki banyak potensi untuk itu.
Pertama, setidaknya dengan doa, sikap empati, tutur kata yang baik, memotivasi, menenangkan dan menggembirakan,
Kedua, dengan waktu, tenaga, ilmu dan harta yang kita miliki. Sebagai contoh sederhana dan ide cerdas; Ada yang membagikan masker dan hand sanitizer, seorang ibu rumah tangga menggantungkan mie instant di depan rumahnya untuk tetangga yang berdampak covid-19, ada yang membagi-bagi beras dan uang, ada yang membagi-bagi paket sembako, ada penyuluhan dan membagi-bagi nasi bungkus, berbagi kuota data internet bagi para da’i, muballigh, santri dan atau ustadz pesantren, guru ngaji, pembimbing program tahfidh Al Qur’an dan pengurus lembaga pendidikan Islam lainnya.
Siapapun kita, saatnya ber-nafi’un li ghoirihi, berkontribusi, untuk Indonesia. Bukan berapa nilai besarannya, tetapi apa yang bisa kita sumbangsihkan kepada bangsa, negara dan agama. “Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya.” (QS. Al Zalzalah (99) : 7)
Penulis Opini: Ir. Masumi.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Samarinda